Senin, 01 Februari 2016

Filosofi Agung Estetika Masjid Rahmatan Lil Alamin


Kalimat Rahmatan Lil Alamin mungkin sudah tidak asing bagi kalangan umat muslim. Bahkan masyarakat di Indonesia yang memiliki pluralistis suku dan agama tentu sebagian pernah mendengar kalimat ini. Rahmatan Lil Alamin yang artinya rahmat bagi seluruh alam, merupakan misi Tuhan melalui Rasulnya. Nama itulah yang kemudian ditabalkan oleh sang grand architect DR. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang pada sebuah masjid yang berada di Komplek Kampus Al-Zaytun, Sandrem, Gantar, Indramayu, Indonesia. Masjid Rahmatan Lil Alamin!

Fasad Masjid Rahmatan Lili Alamin yang termegah di Asia Tenggara
Sesuai namanya, dalam perwujudan arsitekturnya bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin harus sesuai dengan nama agung yang disandangnya. Lokasi, ukuran, struktur, dan estetika arsitektur bangunannya harus melambangkan kebesaran Rahmatan Lil Alamin! Ketika site plan Kampus Al-Zaytun mulai dirancang, sudah dipilih lokasi yang paling prestise untuk Masjid Rahmatan Lil Alamin. Berada di tengah-tengah komplek kampus Al-Zaytun, tempatnya tak ubahnya jantungnya Al-Zaytun. Menandakan seluruh detak nadi Al-Zaytun akan dipusatkan dan digerakan dari Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Masjid yang terletak area pendidikan terpadu ALZAYTUN
Poros utama Al-Zaytun di desain membentang di tengah area lahan pendidikan dari maingate (gerbang utama) ke arah utara menuju Masjid Rahmatan Lil Alamin. Pada poros utama ini dibangun dua jalur jalan yang tengah-tengahnya berupa median yang dihiasai taman. Sisi kanan dan kiri jalan juga dipersiapkan taman dengan barisan pepohonan. Poros utama berupa jalur jalan dan taman merupakan sebuah prosesi upacara untuk menuju bangunan masjid yang monumental. Bagaikan bangunan monumental di India, Tajmahal!
Bangunan utama Masjid Rahmatan Lil Alamin dibangun di atas tanah seluas 6,25 hektar. Telah dipersiapkan pula lahan 8,75 hektar untuk halaman tersebut, di sebelah utara 6,25 hektar berbentuk segi empat dan di sebelah selatan 2,5 hektar berbentuk setengah lingkaran. Jadi secara keseluruhan Rahmatan Lil Alamin dibangun di atas tanah seluas 15 hektar!
Estetika arsitektur bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan perpaduan nilai-nilai tradisional dan kontemporer yang di gagas Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang. Nilai-nilai tradisional yang ditempatkan pada bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin digali dari nilai-nilai estetika yang abadi dan telah diakui oleh masyarakat dunia. Penelitian dilakukan dengan melihat bangunan-bangunan monumental yang ada di dunia. Dari penelitian tersebut prinsip-prinsip tradisional disintesiskan dan diwujudkan dalam bentuk estetika arsitektur bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin secara utuh.
kubah besar yang merefleksikan simbolisasi risalah
Perpaduan nilai-nilai estetika tradisional monumental dihadirkan dalam bentuk kubah-kubah dan lengkungan masjid. Kubah-kubahnya merupakan perpaduan kubah-kubah masjid yang ada di dunia, seperti Kubah Turki Usmani, Kubah Fatimiyah, dan lain sebagainya. Lengkungnya pun demikian, ada lengkung Al Hambra, Cordoba, Fatimiyah. Semua elemen estetika itu dipadukan dalam sebuah kesatuan yang harmonis.
Masjid dan menara yang memiliki keagungan estetika dan toleransi
Nilai-nilai kontemporer diwujudkan dengan masjid secara vertikal. Karena membangun masjid secara vertikal, bahkan hingga tujuh lantai merupakan paradigma baru. Paradigma membangun masjid pada umumnya secara horizontal atau hanya satu hingga dua lantai untuk shalat saja. Karena kevertikalannya tersebut dibutuhkan pula alat-alat pendukung yang kontemporer untuk memudahkan jamaah mencapai tempat teratas. Untuk keperluan itu direncanakan enam eskalator (tangga jalan) dan dan lift yang berada di bangunan utama, serta dua lift menuju ‘Menara Pemuda dan Perdamaian’ yang tingginya 168 m2 melebihi bangunan Monas di Jakarta.
eksponen keamanan AlZaytun bersama redaksi GRYA di Menara Pemuda dan Perdamaian
Konsep bangunan Rahmatan Lil Alamin juga penuh dengan nilai-nilai filosofi agung. Konsep Rahmatan Lil Alamin diwujudkan dalam bentuk delapan penjuru mata angin. Mulai dari tapak yang persegi delapan, bentuk fisik bangunan yang juga segi delapan dan jumlah kubah kecil yang mengitari kubah besar yang juga berjumlah delapan. Kesemuanya melambangkan delapan penjuru mata angin. Bentuk segi delapan bangunan Masjid jika dilihat dari sisi manapun baik Utara, Selatan, Barat, Timur, Barat Laut, Barat Daya, Timur Laut, Tenggara, akan seperti tampak depan keseluruhannya. Tidak akan terlihat belakang ataupun sudut seperti bangunan yang dibuat dengan persegi empat.

Filosofi agung lainnya terdapat pada kubah besar yang merupakan simbolisasi risalah Rasul, yang didukung empat buah kubah berbentuk seperempat bola yang merupakan simbolisasi dari khulafa al-rasyidin. Delapan kubuh kecil simbol dari ajaran Rasul yang disebarkan ke seluruh dunia. Bentuk vertikal bisa dilihat dari bangunan Rahmatan yang menjulang tujuh lantai, dan Menara Pemuda dan Perdamaian yang tingginya 168 m. Bentuk verticalism merupakan filosofi dari habluminallah, hubungan antara Allah dan hambanya. Bahwa manusia sebagai hamba Allah merasa kecil di hadapan yang maha tinggi.
Ramah tamah keluarga Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang bersama pemuka Agama
Sedangkan bangunan dan halaman Rahmatan Lil Alamin yang sangat luas bagaikan sebuah sebuah garis horizontal merupakan simbolisasi dari habluminannas. Hubungan sesama sebagai mahkluk sosial. Apalagi dengan lahan yang sangat luas akan mampu menampung ratusan ribu umat.
Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan perpaduan dan sinergitas antara hubungan manusia dengan sang Kholiq dan hubungan sesama manusia tanpa ada sekat agama, suku, dan ras. Habluminallah wa habluminannas! yang merefleksikan makna Bhinneka Tunggal Ika secara nyata di Indonesia.
Horizontalism dan vertikalism bangunan utama Rahmatan Lil Alamin juga menghadirkan filosofi lainnya. Ketinggian Rahmatan yang tujuh lantai merupakan perlambang tujuh lapis langit yang Tuhan ciptakan. Sedangkan luasan bangunan utamanya sendiri dengan ukuran 99 X 99 merupakan filosofi Asmaul Husna (di Al-Zaytun ditambah satu yaitu Almu’thi, maka menjadi nama-nama Allah yang Agug menjadi sempurna, 100 nama).
interior masjid dengan matrial granit dan goldplat yang akan mampu bertahan hingga ribuan tahun
view Kubah utama dalam masjid Rahmatan Lil Alamin
Karena dirancang sebagai monumen yang monumental yang bernilai abadi dengan filosofi dan nilai-nilai estetika monumental yang menggabungkan dari beberapa bangunan yang monumental di dunia, bangunannya pun harus mampu bertahan untuk jangka waktu ribuan tahun. Maka mulai pondasi sampai finishing bangunannya dipersiapkan dengan bahan-bahan yang mempunyai ketahanan lama. Material granit dipilih sebagai material finising interior dan eksterior khususnya pada lantai dan dinding Masjid Rahmatan Lil Alamin, sedangkan gold platmenjadi pelapis kubah, baik kubah utama, kubah-kubah kecil yang mengitari, serta kubah yang ada dipuncak menara Masjid Rahmatan Lil Alamin.
http://www.grya.co.id/stories/filosofi-agung-estetika-masjid-rahmatan-lil-alamin/